Syekh Nawawi al-Bantani


Syekh Nawawi al – Bantani
(Ulama Indonesia Yang  Menjadi Imam Besar Di Masjidil Haram)
Imam Nawawi adalah ulama Banten yang tidak asing lagi di Indonesia, bahkan ketenaran Beliau sampai di Timur Tengah, Khususnya Arab dan pernah menjadi Imam Besar di Masjidil Haram, Makkah. Beliau dilahirkan di Desa Pedaleman Kecamatan tanara – Serang Banten. Beliau adalah ulama Indonesia yang banyak menulis Kitab – Kitab yang tersebar di pesantren – pesantren di Indonesia dan masih dijadikan rujukan sampai sekarang oleh para Ulama – Ulama Indonesia. Beliau juga dikenal sebagai Guru Besar di Indonesia yang banyak melahirkan murid – murid yang menjadi ulama – ulama besar di indonesia. Diantaranya murid beliau yang berasal dari Indonesia KH. Kholil (Bangkalan, Madura), KH. Hasyim Asy’ari (Pendiri Nahdlatul Ulama, Jombang, Jawa Timur), Kyai Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah, Yogyakarta), Kyai Raden Asnawi (Kudus, Jawa Tengah), KH. Tubagus Bakri (Purwakarta, Jawa Barat), dll.
Imam Nawawi merupakan Keturunan dari Putera Sultan Maulana Hasanuddin Banten generasi yang ke 12, pada tahun 1230 Hijriyah atau 1815 Masehi. Ayah Beliau merupakan Ulama Banten yang bernama Syekh Umar bin Arabi Al – Bantani. sedangkan ibunya bernama Zubaedah. pada masa kelahiran Beliau, Banten berada dalam situasi kemunduran yang dikuasai oleh VOC pemerintah Belanda. Sultan yang memerintah pada waktu itu adalah Muhammad Rafiuddin pada tahun 1813 – 1820 Masehi yang merupakan periode terahir Kesultanan Banten.
Imam Nawawi pertama kali belajar kepada Ayahnya, Umar bin Arabi. Bersama dengan saudara kandungnya, Tamim dan Ahmad. Sejak kecil beliau dikenal sebagai anak cerdas dan kritis, oleh sebab dengan potensi yang luar biasa, ayahnya berniat mengirim anaknya ke berbagai pesantren di pulau jawa. Pertama imam Nawawi belajar pada Haji Syahal di banten dan kemudian Beliau dikirim ke daerah Purwakarta (Karawang) Jawa Barat, pada Raden haji Yusuf, seorang kyai Alim yang muridnya banyak beasal dari luar tanah Sunda.
Pada usianya yang terbilang sangat muda yaitu 15 tahun, beliau telah mengajar banyak orang di Banten, dan pada usia itu pula Beliau menunaikan Haji  dan bermukim di Makkah selama 3 tahun. Di tempat ini beliau banyak belajar ke beberapa guru di sana seperti Ahmad Nahrawi, Syekh Ahmad Dimyati dan Ahmad Zaini Dahlan. Beliau juga pernah belajar di Madinah kepada Syeikh Muhammad Khatib al – Hambali.
Sekitar tahun 1831 Masehi, Beliau kembali ke Tanah Air, sesampainya dikampung halaman, Beliau meneruskan pesantren ayahnya. Pada saat itu kondisi ditanah Banten sendiri sangat memprihatinkan dan banyak sekali praktik ketidakadilan dan kekejaman dibawah naungan VOC. Melihat keadaan seperti ini, Imam nawawi berusaha mengobarkan bara api pada masyarakat Banten guna melawan para penjajah Belanda. Beliau sempat di tuduh oleh Belanda sebagai pengikut pangeran diponegoro yang saat itu tengah gencar – gencarnya melakukan perlawanan sengit terhadap penjajah.
Setelah 3 tahun berada di tanara, yang bertepatan dengan padamnya perang diponegoro (1830 M), karena situasi politik yang tidak menguntungkan, ahirnya beliau kembali ke Makkah untuk yang kedua kalinya guna melanjutkan belajar yang sempat tertunda. Sejak saat itu, beliau tidak pernah kembali lagi ke Indonesia. Disana beliau mendalami ilmu – ilmu agama dari para gurunya, seperti syekh Muhammad Khatib Sambas, Syekh Abdul Gani Bima, Syekh Yususf Sumulaweni dan Syekh Abdul Hamid Dagastani. Selain belajar di Makkah beliau juga belajar di Mesir dan Syam (syiria), pada saat itu mesir sedang terjadi namanya masa pembaharuan pemikiran keislaman Syeikh Muhammad Abduh.
Pada tahun 1869 Masehi Beliau mulai mengajar di Masjidil Haram karena prestasi dan kedalaman pengetahuan agamanya, beliau tercatat sebagai Syeikh di sana. Setiap harinya beliau selalu disibukkan mengajar kepada murid – muridnya dan hampir semua bidang beliau ajarkan. Dalam bidang syariat, beliau mendasarkan pandangannya pada Al quran, Hadits, ijma dan qiyas. Hal itu sesuai dengan mazhab Imam Syafi’i. Ketika beliau mengajar di Masjidil Haram, Beliau dikenal sebagai guru yang dicintai murid – murid, karena pembahasan dan penjelasannya yang sederhana dan mudah dipahami.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa beliau merupakan ulama yang banyak menghasilkan karangan atau tulisan yang masih menjadi rujukan bagi ulama – ulama seperti yang tersebar di pesantren – pesantren tradisional yang masih dikaji sampai sekarang. Karya – karya beliau yang dijadikan rujukan meliputi berbagai bidang, diantaranya Ilmu Tauhid, Fiqih, Tasawuf dan Tafsir. Karya – karya inilah yang menjadikan nama Beliau dikenal di Indonesia bahkan Dunia.
Beliau menulis karangan ini disebabkan oleh desakan teman – temannya yang kebanyakan berasal dari tanah jawa agar mempermudah mereka dalam memahami ilmu – ilmu yang beliau ajarkan. Sebagian besar karangan atau kitab yang beliau tulis adalah Syarah (penjelasan) dari Ulama – ulama sebelumnya yang populer dan sulit untuk dipahami. Alasan lain Beliau menulis karena berkeinginan untuk melestarikan karya Ulama terdahulu yang semakin hari mengalami perubahan pemahaman.
Dalam menyusun ataupun menulis kitab, Beliau selalu konsultasi dengan ulama – ulama lainya disekitaran, guna memastikan dan mendiskusikan karyanya sebelum dicetak dan disebar luaskan. Penerbitan karya yang beliau buat telah tersebar keseluruh penjuru dunia seperti Mesir dan Syiria. Karena kemasyhurannya Beliau termasuk dalam kategori Ulama Besar diabad 19 Masehi. Oleh sebab itu Beliau mendapatkan gelar Min Ayan ‘Ulama Al – Qarn Al – Arabi Al – Ashar Li Al – Hijrah, Beliau juga dikenal sebagai “Sayyid Al- Hijaz”.
Dalam beberapa tulisannya, seringkali Imam Nawawi mengaku dirinya sebagai penganut Teologi As’ary, karya Beliau yang banyak dikaji di Indonesia dalam Bidang ini adalah Fath al Majid, Tijan al  Durari, Nur al Dzulam, Bahjat al Wasail, Kasyifatu as Suja dan lain- lain. Selain itu dalam bidang Fiqih diantaranya Syarh Safinat al Naja, Syarh Sulam al Taufiq, Nihayat al Zain dan Tasyrih ala fathul Qarib. Dalam bidang Tasawuf diantaranya Al Futuhat al Madaniyah fi Syuab al Imaniyah, Makkah : Mathba’at al Miriyah, Fath al Shamad al Alim, Mesir : Mathbaat al Kutub ‘Arabiyah Al Kubra’ 1328, dan lain – lain. Dan dalam bidang Tafsir seperti Tafsir al Munir.
Selain disibukkan dengan menulis, Beliau juga sering diundang untuk mengisi seminar di beberapa kampus ternama salah satunya adalah Universitas Al – Azhar, Mesir. Beliau mengisi seminar tersebut dengan forum diskusi ilmiah bersama mahasiswa disana.
Imam Nawawi juga dikenal sebagai Ulama Indonesia yang menjadi Imam di Majid Al Haram dan seorang Ulama yang memiliki banyak karomah (keistimewahan), seperti menjadikan telunjuknya sebagai penerang atau lampu. Kisahnya pada waktu itu Beliau sedang dalam perjalanan dari Makkah ke Madinah, Beliau duduk diatas punggung unta yang dilengkapi dengan rumah – rumahan (Syuqduf) pada malam hari. Pada waktu itu Beliau mendapati inspirasi dan ingin segera menulisnya, oleh sebab itu beliau berdoa kepada Allah untuk menjadikan telunjuknya menjadi lampu penerang, atas izinnya lah, seketika itu telunjuknya bersinar, dan beliau mulai menulis hingga selesai. Adapun kitab yang Beliau tulis adalah Maroqil Ubudiyah Syarh dari Matan Bidayatul Hidayah karangan Imam al Ghazali.
Karomah lain juga yang dimiliki Beliau adalah dapat melihat Ka’bah dari kejauhan, waktu itu Beliau masih remaja dan mengunjungi Masjid Sekojan Jakarta, masjid ini dibangun oleh Sayyid Usman dan sayyid Usaman sendiri yang menentukan kiblatnya. Pada saat itu Imam Nawawi memberitahukan bahwa arah kiblat masjid ini salah dan Beliau Sayyid usman tidak percaya akan pendapat imam Nawawi yang masih remaja tersebut, setelah bepegang pada pendiriannya masing – masing. Ahirnya Imam nawawi merangkul sayyid Usman dan menunjuk tangan kanannya ke arah Kiblat seraya berkata “lihatlah Sayyid. Itulah Ka’bah tempat kiblat kita. Lihat dan perhatikanlah! Tidakkah Ka’bah itu terlihat amat jelas? Sementara kiblat masjid ini agak ke kiri. Maka perlulah kiblatnya digeser ke kanan agar tepat menghadap ke ka’bah,” ujar syakh Nawawi remaja.
Diantara karomah lain yang Beliau miliki adalah dapat mengeluarkan Buah Rambutan ditangannya ketika mengajar di Makkah, Tanah pekarangan di Tanara Bertuah sehingga tidak ada yang berani menidikan bangunan di tanah tersebut, jenazahnya tetap utuh dan masih banyak lagi karomah lain.


PENGEMBANGAN TES URAIAN


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam proses pembelajaran, terdapat berbagai macam tes yang digunakan. Tes diberikan sebagai sarana untuk mengetahui apakah materi-materi yang sudah disampaikan selama proses belajar berlangsung, sudah diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Terdapat berbagai macam tes yang dapat digunakan, salah satu bentuk tes itu adalah tes bentuk essay (uraian). Dengan digunakannya tes bentuk essay, setidaknya dapat menjadi alat pengukur kemampuan siswa secara objektif.  Bentuk essay sering disebut bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Oleh karena itu, seringkali ditemui permasalahan dalam penilaian jawaban dari peserta didik. Banyak terjadi kesalahan pemberian nilai kepada peserta didik, dikarenakan berbagai faktor baik internal maupun eksternal.
Namun demikian, tidak berarti bentuk essay tidak digunakan sebagai alat pengukur kemampuan siswa. Bentuk essay dapat digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk-bentuk objektif. Dengan tes bentuk essay ini, diharapkan siswa mampu menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri.
B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan tes uraian?
2.      Bagaimana cara membuat tes uraian ?
3.      Bagaimana cara membuat tes uraian dengan baik ?
4.      Bagaimana metode pengoreksian soal tes uraian ?
5.      Apa itu analisis tes uraian ?
C.     TUJUAN
1.      Mengetahui maksud dari tes uraian
2.      Mengetahui cara membuat tes uraian
3.      Mengetahui tes uraian yanga baik
4.      Mengetahui metode pengoreksian soal tes uraian
5.      Mengetahui analisin tes uraian.
  
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian tes dan tes uraian
Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Tes dapat dibagi menjadi beberapa . Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dibagi menjadiempat jenis, yaitu tes intelegensia umum, tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian. Jika dilihat dari cara penyusunannya, tes juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru dan tes standar.
 berdasarkan bentuk jawaban peserta didik, tes dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes tindakan. Tes tertulis dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk uraian dan bentuk objektif.
Tes uraian (essay test), yang juga sering dikenal juga dengan istilah tes subyektif (subjektif test), adalah saah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakann berikut ini.
Pertama, test tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
Kedua, bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk membrikan penjelasan , komentar, penafsiran, membandingkan, mebedakan dan sebagainya.
Ketiga, jumbalh butir soalnya umum nya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai dengan sepuluh butir
Keempat, pada umumnya butir soal test uraian itu diawalai dengan kata-kata “jelaskan...” , “terangkan...”, ‘uraikan...’, “mengapa...”, “bagaimana...”., atau kata-kata lain yang seruopa dengan itu. [1]
Bentuk uraian dibagi lagi menjadi dua, yaitu bentuk uraian bebas dan bentuk uraian terbatas.[2]

B.     Bentuk tes uraian
Bentuk tes uraian pengembangan alat evaluasi jenis digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif. Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Bentuk uraian sering juga disebut bentuk subjektif, karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor subjektifitas guru. Dilihat dari luas-sempitnya materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas (extended respons item )
1. Uraian terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh :
A)        jelaskan bagaimana masuknya islam di indonesia dilihat dari segi ekonomi dan politik.
B)        sebutkan lima rukum islam !
2. Uraian bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun demikian, guru tetap harus mempunyai acuan atau patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.
Contoh :
A)        jelaskan perkembangan pendidikan islam di indonesia !
B)        bagaimana peranan pendidikan islam dalam memecahkan masalah-masalah pokok pendidikan di indonesia ?

C.    Cara membuat perencanaan tes uraian
1.      Menentukan tujuan pembelajaran yang di ukur
a)      Tujuan pembelajaran yang mengembangkan proses berpikir tinggi (penerapan, analisis, sistesis, dan evaluasi) minimal harus mengukur proses berpikir pemahaman. Yang di maksud tujuan pembelajarandalam tinggak pemahamanadalah tujuan pembelajaran yang menginginkan agar siswa tidak hayng dapat mengingat tetapi mampumenerjemahkan, menafsirkan, dan menghitung sesuatu yang telah dipelajari.
b)      Tujuan pembelajaran pada tingkat penerapan. Tujusn ini untuksiswa agar bisa menghitung, menerapkan, menunjukan, memodifikasi, memecahkan masalah, menemukan, dan sebagainya. Misalnya,siswa dapat menghitungluas suatu empat persegi panjang.
c)      Tujuan pembelajaran dalam tingkat analisis. Tujuan pembelajaran inimerupakan pembelajaran yang menginginkan agar siswa mampu menguraikan sesuatu maenjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga struktur organisasi dari bagian-bagian tersebut dapat dipahami. Cth; siswa dapat membedakan antara fakta dan kesimpulan.
d)     Tujuan pempelajaran sistesis. Tujuan ini adalah ebalikan dari tujuan pembelajran analisis, sintesis merupakan tujuanpembelajaran yamng menginginkanagar siswa mampu memadukan  unsur-unsuratau bagian-bagian secara logis sehinnga pola yang terstruktur atau pola baru. Contoh; siswa dapat mendesain suatu eksperiment.
e)      Tujuan pembelajaran evaluasi. Kata oprasional yang sering digunakan untuk merumuskan tujuan pembelajaranpada tingkat evaluasi adalah; simpulkan, berikan pertimbangan, berikan kritik, bandingkan, jelaskan, berikan keputusan, evaluasilah, dan sebagainya. Contoh; siswa dapat memberika kritik terhadap makalah ilmiah berdasarkan tata cara penulisan makalah.  
         
2.      Menentukan sample yang representif
            setelah selesai menentukan tujuan pembelajaran maka langkah kedua adalah menentukan pokok bahasan dan subpokok bahasan yang akan diujikan. Usahakan dapat menanyakan sebagian besar materi yang telah anda ajarkan kepada siswa. Semakin representatif materi yang dapat anda ujikan maka validitas isi tes semakin baik.
3.      Menentukan jenis tes yang ingin digunakan
Ada dua jenis tes uraian yang dapat anda piih, yaitu tes uraian terbatas dan tes uraian terbuka. Penentuan jenis tes ini terkait erat dengan tujuan pembeajaran yang ingin dicapai. Untuk memperbanyak sampel materi yang dapat ditanyakan dan juga mempermudah pemeriksaan hasil ujian maka disarankan untuk menggunakan tes uraian terbatas.
4.      Menetukan tingkat butir kesukaran soal
Menentukan tingkat kesukaran butir soal ini erat kaitannya dengan interpretasi scor yang akan digunakan untuk memberikan nilai kepada siswa. Ada dua jenis interpretasi scor yang dapat digunakan untuk menentukan nilai siswa, yaitu pendekatan penilaian acuan patokan (pap) dan pendekatan penilain norma (pan).
5.      Menentukan waktu ujian
Waktu yang satu set tes ujian merupakan faktor pembatas yang harus dapat membuat pertimbangan yang mantap mengenai jumlah butir soal, tingkat kesukaran, dan kompleksitas proses berpikir yang akan diukur agar set tes yang akan diujikan dapat dierjakan siswa dalam waktu yang telah ditentukan. Jangan sampai terjadi siswa kekurangan atau kelebihan waktu untuk mengerjakan set soal tersebut.
6.      Menentukan jumlah butir soal.
Tentukan jumlah butir soal yang tepat untuk dikerjakan siswa daam waktu yang teah ditetapkan. Penentuan jumlah butir soal ini jga terkait dengan jenis tes uraian yang akan di gunakan, kompleksitas proses berpikir yang akan di ukur, dan tinkat kesukaran butir soal.
Tuangkanlah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tersebut dalam tabel kisi-kisi tes uraian.[3]       

Pokok bahasan dan
Subpokok bahasan
Proses berpikir tertinggi
C2
C3
C4
C5
C6
M
D
S
D
S
K
M
D
S
D
S
K
M
D
S
D
S
K
M
D
S
D
S
K
M
D
S
D
S
K
Perjuangan
-    Merangkum ide pokok pidato
-    Membedakan antara
Fakta dan opini dalam bacaan
-    Memahami kata-kata yang bermakna lugas

Kegemaran
-    Menulis paraghraf perbandingan

Peristiwa
-    Membaca teks dan menentukan bagian yang menunjukan hubungansebab akibat

Kesenian
-    Menulis pesan ringkas

Lingkungan
-    Membaca teks untuk menemukan paragraf yang berpola umum-khusus dan khusus-umum.
















D.    Cara membuat tes uraian yang baik
Ada dua hal pokok yang harus anda perhatikan untuk mengembangkan tes uraian yang baik. Pertama, bagaimana cara menulis atau mengonstruksi tes uraian agar dapat mengukur tujuan yang ingin anda ukur. Kedua, bagaimana anda dapat membuat pedoman penskoran yang baik. Beberapa hal yang perlu anda perhatikan pada saat mengonstruksi tes uraian antara lain:
1.      Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang telah anda buat.
2.      Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar atau tidak tepat jika diukur dengan tes objektif.
3.      Untuk membantu mempermudah dalam membuat tes uraian agar dapat mengukur jenjang berpikir tinggi, kembangkanlah butir soal tersebut dari suatu kasus. Dari kasus tersebut tuliskan ebnerapa pertanyaan yang anda inginkan.
4.      Gunakan tes uraian terbatas, karena dengan menggunakan tes uraian terbatas maka anda akan lebih mudah memeriksa jawaban siswa karena jawaban siswa sudah terarah.
5.      Usahakan agar pertanyaan yang anda berikan mengungkap pendapat siswa bukan hanya sekedar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata-kata tanya seperti jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah, kelompokanlah, identifikasikanlah, dan sebagainya.
6.      Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi siswa.
7.      Rancanglah sebuah pertanyan yang memang dapat dikerjakan oleh siswa dalam satu waktu ujian yang telah anda tentukan.
8.      Hindari penggunaan  pertanyaan pilihan. Menggunakan pertanyaan pilihan adalah anda menyediakan sejumlah pertanyaan kemudian siswa anda diberi kebebasan untuk mengerjakan beberapa butir pertanyaan saja.
9.      Pada setiap butir soal, tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa apabila ia dapat mengerjakan butir soal tersebut dengan baik[4]


E.     Metode pengoreksian soal bentuk uraian
Untuk mengoreksi soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan tiga metode,yaitu “metode per nomor (whole method), metode per lembar (separated method,dan metode bersilang (cross method” (zainal arifin, 1991, 30).
1.      Metode per nomor. Di sini anda mengoreksi hasil jawaban peserta didik untuk setiap nomor. Misalnya, anda mengoreksi nomor satu untuk seluruh peserta didik, kemudian nomor dua untuk seluruh peserta didik, dan seterusnya. Kebaikannya adalah pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban yang kualitasnya sama hampir tidak akan terjadi, karena jawaban peserta didik yang satu selalu dibandingkan dengan jawaban peserta didik yang lain. Sedangkan kelemahannya adalah pelaksanaannya terlalu berat dan memakan waktu banyak.
2.      Metode per lembar. Di sini anda mengoreksi setiap lembar jawaban peserta
Didik mulai dari nomor satu sampai dengan nomor terakhir. Kebaikannya
Adalah relatif lebih murah dan tidak memakan waktu banyak. Sedangkan
Kelemahannya adalah guru sering memberi skor yang berbeda atas dua
Jawaban yang sama kualitasnya, atau sebaliknya.
3.      Metode bersilang. Disini anda mengoreksi jawaban peserta didik dengan jalan
Menukarkan hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain.
Jika telah selesai dikoreksi oleh seorang korektor, lalu dikoreksi kembali oleh
Korektor yang lain. Kelebihannya adalah faktor subjektif dapat dikurangi.
Sedangkan kelemahannya adalah membutuhkan waktu dan tenaga yang
Banyak.
Dalam pelaksanaan pengoreksian, anda boleh memilih salah satu diantara
Ketiga metode tersebut, atau mungkin anda menggunakannya secara bervariasi.
Hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, anda menghendaki
Hasil jawaban yang betul-betul objektif, maka lebih tepat bila kita menggunakan
Metode bersilang. Sebaliknya, bila ada waktu luang, anda dapat menggunakan
Metode pernomor atau metode per lembar.  
Selanjutnya, zainal arifin (1991 : 30) mengemukakan “ di samping metode-
Metode di atas, ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal bentuk
Uraian, yaitu “analytical method dan sorting met.
1.       Analytical method yaitu suatu cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik Dan guru sudah menyiapkan sebuah model jawaban, kemudian dianalisis Menjadi beberapa langkah atau unsur yang terpisah, dan setiap langkah Disediakan skor-skor tertentu. Setelah satu model jawaban tersusun, maka Jawaban masing-masing peserta didik dibandingkan dengan model jawaban Tersebut, kemudian diberi skor sesuai dengan tingkat kebenarannya.
2.      Sorting method yaitu metode memilih yang dipergunakan untuk memberi Skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi menjadi unsur-unsur. Jawaban-jawaban peserta didik harus dibaca secara keseluruhan.Anda juga dapat menggunakan metode lain untuk pemberian skor soal bentuk Uraian, yaitu :
a)      Point method, yaitu setiap jawaban dibandingkan dengan jawaban ideal Yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan untuk Setiap jawaban akan bergantung kepada derajat kepadanannya dengan kunci Jawaban. Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian terbatas, Karena setiap jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu.
b)      Rating metho, yaitu setiap jawaban peserta didik ditetapkan dalam salah Satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi Jawaban tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan Kualitas dan menentukan berapa skor yang akan diberikan kepada setiap Jawaban. Misalnya, sebuah soal akan diberi skor maksimum 8, maka bagi soal Tersebut dapat dibuat 9 kelompok jawaban dari 8 sampai 0. Metode ini sangat Cocok digunakan untuk bentuk uraian bebas.Setiap bentuk soal tentu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Begitu juga Bentuk uraian. Kebaikan tes bentuk uraian antara lain  (1) menyusunnya relatif Mudah (2) guru dapat menilai peserta didik mengenai kreatifitas, menganalisa Dan mengsintesa suatu soal. Hal ini berarti memberikan kebebasan yang Luas kepada peserta didik untuk menyatakan tanggapannya (3) guru dapat Memperoleh data-data mengenai kepribadian peserta didik (4) peserta didik Tidak dapat menerka-nerka (5) derajat ketepatan dan kebenaran peserta Didik dapat dilihat dari ungkapan kalimat-kalimatnya (6) sangat cocok untuk Mengukur dan menilai hasil belajar yang kompleks, yang sukar diukur dengan Mempergunakan bentuk objektif.Kelemahan tes bentuk uraian antara lain (1) sukar sekali menilai jawaban Peserta didik secara tepat dan komprehensif (2) ada  kecenderungan guru Untuk memberikan nilai seperti biasanya (3) menghendaki respon-respon yang Relatif panjang (4) untuk mengoreksi jawaban diperlukan waktu yang lama (5) Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai, karena keindahan kalimat dan Tulisan, bahkan juga oleh lembar jawaban (6) hanya terbatas pada guru-guru Yang menguasai materi yang dapat mengoreksi jawaban peserta didik, sehingga Kurang praktis bila jumlah peserta didik cukup banyak.
Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya anda ikuti petunjuk praktis Berikut ini. 
1.      Materi yang akan diujikan hendaknya materi yang kurang cocok diukur dengan menggunakan bentuk objektif, seperti :
a)      Kemampuan peserta didik untuk menyusun pendapatnya mengenai suatu masalah.
b)      Hasil pekerjaan anak didik setelah mengadakan kegiatan seperti peninjauan, kerja nyata, dan sebagainya.
c)      Kemampuan peserta didik dalam hal berbahasa arab.
d)     Kecakapan peserta didik dalam memecahkan masalah.
2.      Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas dan mudah dipahami, sehingga tidak menimbulkan kebimbangan pada
Peserta didik. Misalnya :
a)      Apa perbedaan antara ikhfa dengan izhar. Berikan masing-masing dua
b)      Buah contoh hurufnya.
c)      Apa yang dimaksud dengan yaumid di dalam surat al-fatihah ?
d)     Mengapa setiap muslim harus melaksanakan sholat wajib ?
3.      Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa soal dari sejumlah soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan.
4.      Persoalan yang terkandung dalam tes bentuk uraian hendaknya difokuskan pada hal-hal seperti : menelaah persoalan, melukiskan persoalan, menjelaskan persoalan, membandingkan dua hal atau lebih, mengemukakan kritik terhadap sesuatu, menyelesaikan suatu persoalan seperti menghitung, membuat contoh mengenai suatu pengertian, memecahkan suatu persoalan dengan jalan mengaplikasikan prinsip-prinsip yang telah dikuasainya, dan menyusun suatu konsepsi.

F.     Analisis bentuk uraian
Dua cara yang dapat dilakukan untuk menganalisis soal bentuk uraian.
Pertama, secara rasional yang dilakukan sebelum tes itu digunakan/diujicobakan
Seperti menggunakan kartu telaah.
Contoh :
Kartu telaah soal bentuk uraian
Nomor soal:                                    perangkat:
No
Aspek yang di telaah
Ya
Tidak
  1. Materi
01
Soal sesuai dengan indikator.


02
Batasan pertanyaan dan jawaban yang di harapkan jelas.


03
Isi materi sesuai dengan tujuan tes.


04
Isi materi sesuai dengan jenjang, jenis
Sekolah, dan kelas.


  1. Konstruksi
05
Rumusan kalimat soal atau pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban terurai.


06
Petunjuk yang jelas tentang cara mengerjaan soal.


07
Ada pedoman penskoran.


08
Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.


  1. Bahasa
09
Rumusan kalimat soal komunikatif.


10
Butir soal menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.


11
Rumusan soal tidak menggunakan kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.


12
Tidak menggnakan bahasa lokal atau daerah.


13
Rumusan soal tidak mengandung kata kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.



Catatan :




Kedua, secara empiris yaitu menganalisis hasil ujian atau hasil uji-coba secara kuantitatif. Untuk itu, ada dua hal yang harus anda pelajari :
1.      Daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta didik yang kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi). Logikanya adalah peserta didik yang pandai tentu akan lebih mampu menjawab dibandingkan dengan peserta didik yang kurang pandai. Indeks daya pembeda biasanya dinyatakan dengan proporsi. Semakin tinggi proporsi itu, maka semakin baik soal tersebut membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang kurang pandai. Untuk menguji daya pembeda (dp) ini, anda perlu menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a)      Menghitung jumlah skor total tiap peserta didik.
b)      Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.
c)      Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik banyak (di atas 30) dapat ditetapkan 27 % .
d)     Menghitung rata-rata skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah).
e)      Menghitung daya pembeda soal dengan rumus :
       
        keterangan :
        dp = daya pembeda
     
      
     skor maks = skor maksimum
f)       Membandingkan daya pembeda dengan kriteria seperti berikut :
0.40 ke atas = sangat baik
0,30 – 0,39 = baik
0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu perbaikan
0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus dibuang
Contoh :
Empat orang peserta didik mengikuti ujian akhir semester dengan jumlah soal 3 dalam bentuk uraian. Kotak yang diarsir menunjukkan perolehan skor masing-masing peserta didik.

Nama peserta didik

Nomor soal/skor

Skor total

Kelompok
1
2
3
Arie
8
7
8
23
Atas
Angga
7
6
9
22
Atas
Ardi
6
1
8
15
Bawah
Asep
3
2
7
12
Bawah
Jumlah.skor
24
16
32

Skor.maks
10
8
12
Rata-rata
24/4+ = 6
16/4 =4
32/4 = 8


                                    
Penafsiran : setelah dibandingkan dengan kriteria, ternyata soal nomor 1 memiliki daya pembeda 0,30 yang termasuk kategori baik.
                              
Penafsiran : setelah dibandingkan dengan kriteria, ternyata soal nomor 2 memiliki daya pembeda 0.63 yang termasuk kategori sangat baik. Artinya, soal tersebut mampu membedakan kelompok atas dengan kelompok bawah, mampu membedakan antara anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai.
                 
Penafsiran : setelah dibandingkan dengan kriteria, ternyata soal nomor 3 memiliki daya pembeda 0,08 yang termasuk kategori kurang baik, karena itu soal tersebut harus dibuang. Artinya soal ini tidak memiliki daya pembeda yang baik, yang berarti pula tidak mampu membedakan antara anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai. Dengan kata lain, anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai memperoleh prestasi yang sama (mungkin sama-sama baik atau sama-sama jelek).
2.      Tingkat kesukaran soal
Tingkat kesukran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. Indeks ini biasa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran berarti soal tersebut semakin mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk uraian, anda dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a.     Menghitung rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus.
b.      menghitung tingkat kesukaran dengan rumus .
c.     Membandingkan tingkat kesukaran dengan kriteria berikut :
0,00 – 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah
d.     membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan cara
Membandingkan koefisien tingkat kesukaran (poin b) dengan kriteria (poin c)
                  
                



























BAB III
PENUTUPAN
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai tes essay, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Tes essay adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan memadukan gagasan-gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan kata-kata sendiri.
2.      Penggunaan tes essay sangat baik digunakan salah satunya yaitu ketika jumlah peserta tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang dan waktu yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian.
3.      Tes essay terbagi menjadi dua yaitu essay terbatas (restricted respons items) dan essay bebas (extended respons items).
4.      Salah satu kelebihan tes essay yaitu dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks sedangkan salah satu kelemahan dari tes essay yaitu reliabilitas tes rendah dimana skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau tes paralel diuji beberapa kali.
5.      Metode pengoreksian tes essay antara lain metode pernomor (whole method), metode perlembar (separated method), metode bersilang (cross method), metode analisis (analytical method), metode penyortiran (sorting method), metode poin (point method) dan metode rating.





REFERENSI





[1] Prof.Drs.Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Peedidikan, Rajawali Pers, Hal: 99-100
[2] Drs. zainal Arifin, M.Pd, Evaluasi Pembeajaran, Direktorat jendral pendidikan islam kementrian agama, 2012. hal: 148-149
[3] Noehi Nasoetion & Adi Suryanto, Test, pengukuran, dan penilaian, universitas Terbuka, 2007, hal. 2.34-2.39
[4] Noehi Nasoetion & Adi Suryanto, Test, pengukuran, dan penilaian, universitas Terbuka, 2007, hal. 2.19-2.21

Syekh Nawawi al-Bantani

Syekh Nawawi al – Bantani (Ulama Indonesia Yang   Menjadi Imam Besar Di Masjidil Haram) Imam Nawawi adalah ulama Banten yang tidak asi...