BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam proses pembelajaran, terdapat
berbagai macam tes yang digunakan. Tes diberikan sebagai sarana untuk
mengetahui apakah materi-materi yang sudah disampaikan selama proses belajar
berlangsung, sudah diterima dan dipahami dengan baik oleh siswa. Terdapat
berbagai macam tes yang dapat digunakan, salah satu bentuk tes itu adalah tes
bentuk essay (uraian). Dengan digunakannya tes bentuk essay, setidaknya dapat menjadi alat
pengukur kemampuan siswa secara objektif. Bentuk essay sering disebut
bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi oleh faktor
subjektivitas guru. Oleh karena itu, seringkali ditemui permasalahan dalam
penilaian jawaban dari peserta didik. Banyak terjadi kesalahan pemberian nilai
kepada peserta didik, dikarenakan berbagai faktor baik internal maupun
eksternal.
Namun demikian, tidak berarti bentuk
essay tidak digunakan sebagai alat pengukur kemampuan siswa. Bentuk essay dapat
digunakan untuk mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh
bentuk-bentuk objektif. Dengan tes bentuk essay ini, diharapkan siswa mampu
menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya
sendiri.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan tes uraian?
2.
Bagaimana cara membuat tes uraian ?
3.
Bagaimana cara membuat tes uraian dengan baik ?
4.
Bagaimana metode pengoreksian soal tes uraian ?
5.
Apa itu analisis tes uraian ?
C.
TUJUAN
1.
Mengetahui maksud dari tes uraian
2.
Mengetahui cara membuat tes uraian
3.
Mengetahui tes uraian yanga baik
4.
Mengetahui metode pengoreksian soal tes uraian
5.
Mengetahui analisin tes uraian.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian tes dan tes uraian
Tes
merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan
atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik
untuk mengukur aspek perilaku peserta didik. Tes dapat dibagi menjadi beberapa
. Dilihat dari jumlah peserta didik, tes dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari kajian psikologi, tes dibagi
menjadiempat jenis, yaitu tes intelegensia umum, tes kemampuan khusus, tes
prestasi belajar, dan tes kepribadian. Jika dilihat dari cara penyusunannya,
tes juga dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu tes buatan guru dan tes standar.
berdasarkan bentuk jawaban peserta didik, tes
dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes
tindakan. Tes tertulis dibagi menjadi dua bentuk, yaitu bentuk uraian dan
bentuk objektif.
Tes
uraian (essay test), yang juga sering dikenal juga dengan istilah tes
subyektif (subjektif test), adalah saah satu jenis tes hasil belajar yang
memiliki karakteristik sebagaimana dikemukakann berikut ini.
Pertama,
test tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban
berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
Kedua,
bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk
membrikan penjelasan , komentar, penafsiran, membandingkan, mebedakan dan
sebagainya.
Ketiga,
jumbalh butir soalnya umum nya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai
dengan sepuluh butir
Keempat,
pada umumnya butir soal test uraian itu diawalai dengan kata-kata “jelaskan...”
, “terangkan...”, ‘uraikan...’, “mengapa...”, “bagaimana...”., atau kata-kata
lain yang seruopa dengan itu. [1]
Bentuk
uraian dibagi lagi menjadi dua, yaitu bentuk uraian bebas dan bentuk uraian
terbatas.[2]
B.
Bentuk tes uraian
Bentuk tes uraian pengembangan alat evaluasi jenis digunakan untuk
mengukur kegiatan-kegiatan belajar yang sulit diukur oleh bentuk objektif.
Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan,
mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Bentuk uraian sering
juga disebut bentuk subjektif, karena dalam pelaksanaannya sering dipengaruhi
oleh faktor subjektifitas guru. Dilihat dari luas-sempitnya materi yang
ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu
uraian terbatas (restricted respons items) dan uraian bebas (extended respons
item )
1. Uraian terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban
peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang
terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah
ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
Contoh :
A) jelaskan bagaimana
masuknya islam di indonesia dilihat dari segi ekonomi dan politik.
B) sebutkan lima rukum
islam !
2. Uraian bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan
cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai
dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika
yang berbeda-beda. Namun demikian, guru tetap harus mempunyai acuan atau
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.
Contoh :
A) jelaskan
perkembangan pendidikan islam di indonesia !
B) bagaimana peranan pendidikan
islam dalam memecahkan masalah-masalah pokok pendidikan di indonesia ?
C.
Cara membuat perencanaan tes uraian
1.
Menentukan tujuan pembelajaran yang di ukur
a)
Tujuan pembelajaran yang mengembangkan proses berpikir tinggi
(penerapan, analisis, sistesis, dan evaluasi) minimal harus mengukur proses
berpikir pemahaman. Yang di maksud tujuan pembelajarandalam tinggak
pemahamanadalah tujuan pembelajaran yang menginginkan agar siswa tidak hayng
dapat mengingat tetapi mampumenerjemahkan, menafsirkan, dan menghitung sesuatu
yang telah dipelajari.
b)
Tujuan pembelajaran pada tingkat penerapan. Tujusn ini untuksiswa
agar bisa menghitung, menerapkan, menunjukan, memodifikasi, memecahkan masalah,
menemukan, dan sebagainya. Misalnya,siswa dapat menghitungluas suatu empat
persegi panjang.
c)
Tujuan pembelajaran dalam tingkat analisis. Tujuan pembelajaran
inimerupakan pembelajaran yang menginginkan agar siswa mampu menguraikan
sesuatu maenjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga struktur organisasi
dari bagian-bagian tersebut dapat dipahami. Cth; siswa dapat membedakan antara
fakta dan kesimpulan.
d)
Tujuan pempelajaran sistesis. Tujuan ini adalah ebalikan dari
tujuan pembelajran analisis, sintesis merupakan tujuanpembelajaran yamng
menginginkanagar siswa mampu memadukan
unsur-unsuratau bagian-bagian secara logis sehinnga pola yang
terstruktur atau pola baru. Contoh; siswa dapat mendesain suatu eksperiment.
e)
Tujuan pembelajaran evaluasi. Kata oprasional yang sering digunakan
untuk merumuskan tujuan pembelajaranpada tingkat evaluasi adalah; simpulkan,
berikan pertimbangan, berikan kritik, bandingkan, jelaskan, berikan keputusan,
evaluasilah, dan sebagainya. Contoh; siswa dapat memberika kritik terhadap
makalah ilmiah berdasarkan tata cara penulisan makalah.
2.
Menentukan sample yang representif
setelah selesai menentukan tujuan
pembelajaran maka langkah kedua adalah menentukan pokok bahasan dan subpokok
bahasan yang akan diujikan. Usahakan dapat menanyakan sebagian besar materi
yang telah anda ajarkan kepada siswa. Semakin representatif materi yang dapat anda
ujikan maka validitas isi tes semakin baik.
3.
Menentukan jenis tes yang ingin digunakan
Ada
dua jenis tes uraian yang dapat anda piih, yaitu tes uraian terbatas dan tes
uraian terbuka. Penentuan jenis tes ini terkait erat dengan tujuan pembeajaran
yang ingin dicapai. Untuk memperbanyak sampel materi yang dapat ditanyakan dan
juga mempermudah pemeriksaan hasil ujian maka disarankan untuk menggunakan tes
uraian terbatas.
4.
Menetukan tingkat butir kesukaran soal
Menentukan
tingkat kesukaran butir soal ini erat kaitannya dengan interpretasi scor yang
akan digunakan untuk memberikan nilai kepada siswa. Ada dua jenis interpretasi
scor yang dapat digunakan untuk menentukan nilai siswa, yaitu pendekatan
penilaian acuan patokan (pap) dan pendekatan penilain norma (pan).
5.
Menentukan waktu ujian
Waktu
yang satu set tes ujian merupakan faktor pembatas yang harus dapat membuat
pertimbangan yang mantap mengenai jumlah butir soal, tingkat kesukaran, dan
kompleksitas proses berpikir yang akan diukur agar set tes yang akan diujikan
dapat dierjakan siswa dalam waktu yang telah ditentukan. Jangan sampai terjadi
siswa kekurangan atau kelebihan waktu untuk mengerjakan set soal tersebut.
6.
Menentukan jumlah butir soal.
Tentukan
jumlah butir soal yang tepat untuk dikerjakan siswa daam waktu yang teah
ditetapkan. Penentuan jumlah butir soal ini jga terkait dengan jenis tes uraian
yang akan di gunakan, kompleksitas proses berpikir yang akan di ukur, dan
tinkat kesukaran butir soal.
Tuangkanlah
hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan tersebut dalam tabel
kisi-kisi tes uraian.[3]
Pokok bahasan dan
Subpokok bahasan
|
Proses berpikir tertinggi
|
||||||||||||||
C2
|
C3
|
C4
|
C5
|
C6
|
|||||||||||
M
D
|
S
D
|
S
K
|
M
D
|
S
D
|
S
K
|
M
D
|
S
D
|
S
K
|
M
D
|
S
D
|
S
K
|
M
D
|
S
D
|
S
K
|
|
Perjuangan
- Merangkum ide pokok pidato
- Membedakan antara
Fakta dan opini dalam bacaan
- Memahami kata-kata yang bermakna lugas
Kegemaran
- Menulis paraghraf perbandingan
Peristiwa
- Membaca teks dan menentukan bagian yang
menunjukan hubungansebab akibat
Kesenian
- Menulis pesan ringkas
Lingkungan
- Membaca teks untuk menemukan paragraf yang
berpola umum-khusus dan khusus-umum.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
D.
Cara membuat tes uraian yang baik
Ada dua hal pokok yang harus anda perhatikan untuk mengembangkan
tes uraian yang baik. Pertama, bagaimana cara menulis atau mengonstruksi tes
uraian agar dapat mengukur tujuan yang ingin anda ukur. Kedua, bagaimana anda
dapat membuat pedoman penskoran yang baik. Beberapa hal yang perlu anda
perhatikan pada saat mengonstruksi tes uraian antara lain:
1.
Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang telah anda
buat.
2.
Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang sukar atau
tidak tepat jika diukur dengan tes objektif.
3.
Untuk membantu mempermudah dalam membuat tes uraian agar dapat
mengukur jenjang berpikir tinggi, kembangkanlah butir soal tersebut dari suatu
kasus. Dari kasus tersebut tuliskan ebnerapa pertanyaan yang anda inginkan.
4.
Gunakan tes uraian terbatas, karena dengan menggunakan tes uraian
terbatas maka anda akan lebih mudah memeriksa jawaban siswa karena jawaban
siswa sudah terarah.
5.
Usahakan agar pertanyaan yang anda berikan mengungkap pendapat
siswa bukan hanya sekedar menyebutkan fakta. Untuk itu gunakan kata-kata tanya
seperti jelaskan, bandingkan, hubungkan, simpulkan, analisislah, kelompokanlah,
identifikasikanlah, dan sebagainya.
6.
Rumuskan pertanyaan dengan jelas dan tegas sehingga tidak
menimbulkan salah tafsir bagi siswa.
7.
Rancanglah sebuah pertanyan yang memang dapat dikerjakan oleh siswa
dalam satu waktu ujian yang telah anda tentukan.
8.
Hindari penggunaan pertanyaan pilihan. Menggunakan pertanyaan
pilihan adalah anda menyediakan sejumlah pertanyaan kemudian siswa anda diberi
kebebasan untuk mengerjakan beberapa butir pertanyaan saja.
9.
Pada setiap butir soal, tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh
siswa apabila ia dapat mengerjakan butir soal tersebut dengan baik[4]
E.
Metode pengoreksian soal bentuk uraian
Untuk
mengoreksi soal bentuk uraian dapat dilakukan dengan tiga metode,yaitu “metode
per nomor (whole method), metode per lembar (separated method,dan metode
bersilang (cross method” (zainal arifin, 1991, 30).
1.
Metode per nomor. Di sini anda mengoreksi hasil jawaban peserta
didik untuk setiap nomor. Misalnya, anda mengoreksi nomor satu untuk seluruh
peserta didik, kemudian nomor dua untuk seluruh peserta didik, dan seterusnya.
Kebaikannya adalah pemberian skor yang berbeda atas dua jawaban yang
kualitasnya sama hampir tidak akan terjadi, karena jawaban peserta didik yang
satu selalu dibandingkan dengan jawaban peserta didik yang lain. Sedangkan
kelemahannya adalah pelaksanaannya terlalu berat dan memakan waktu banyak.
2.
Metode per lembar. Di sini anda mengoreksi setiap lembar jawaban
peserta
Didik mulai
dari nomor satu sampai dengan nomor terakhir. Kebaikannya
Adalah relatif
lebih murah dan tidak memakan waktu banyak. Sedangkan
Kelemahannya
adalah guru sering memberi skor yang berbeda atas dua
Jawaban yang
sama kualitasnya, atau sebaliknya.
3.
Metode bersilang. Disini anda mengoreksi jawaban peserta didik
dengan jalan
Menukarkan
hasil koreksi dari seorang korektor kepada korektor yang lain.
Jika telah
selesai dikoreksi oleh seorang korektor, lalu dikoreksi kembali oleh
Korektor yang
lain. Kelebihannya adalah faktor subjektif dapat dikurangi.
Sedangkan
kelemahannya adalah membutuhkan waktu dan tenaga yang
Banyak.
Dalam
pelaksanaan pengoreksian, anda boleh memilih salah satu diantara
Ketiga metode
tersebut, atau mungkin anda menggunakannya secara bervariasi.
Hal ini harus
disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, anda menghendaki
Hasil jawaban
yang betul-betul objektif, maka lebih tepat bila kita menggunakan
Metode
bersilang. Sebaliknya, bila ada waktu luang, anda dapat menggunakan
Metode pernomor
atau metode per lembar.
Selanjutnya,
zainal arifin (1991 : 30) mengemukakan “ di samping metode-
Metode di atas,
ada juga metode lain untuk mengoreksi jawaban soal bentuk
Uraian, yaitu
“analytical method dan sorting met.
1.
Analytical method yaitu
suatu cara untuk mengoreksi jawaban peserta didik Dan guru sudah menyiapkan
sebuah model jawaban, kemudian dianalisis Menjadi beberapa langkah atau unsur
yang terpisah, dan setiap langkah Disediakan skor-skor tertentu. Setelah satu
model jawaban tersusun, maka Jawaban masing-masing peserta didik dibandingkan
dengan model jawaban Tersebut, kemudian diberi skor sesuai dengan tingkat
kebenarannya.
2.
Sorting method yaitu metode memilih yang dipergunakan untuk memberi
Skor terhadap jawaban-jawaban yang tidak dibagi-bagi menjadi unsur-unsur.
Jawaban-jawaban peserta didik harus dibaca secara keseluruhan.Anda juga dapat
menggunakan metode lain untuk pemberian skor soal bentuk Uraian, yaitu :
a)
Point method, yaitu setiap jawaban dibandingkan dengan jawaban
ideal Yang telah ditetapkan dalam kunci jawaban dan skor yang diberikan untuk Setiap
jawaban akan bergantung kepada derajat kepadanannya dengan kunci Jawaban.
Metode ini sangat cocok digunakan untuk bentuk uraian terbatas, Karena setiap
jawaban sudah dibatasi dengan kriteria tertentu.
b)
Rating metho, yaitu setiap jawaban peserta didik ditetapkan dalam
salah Satu kelompok yang sudah dipilah-pilah berdasarkan kualitasnya selagi
Jawaban tersebut dibaca. Kelompok-kelompok tersebut menggambarkan Kualitas dan
menentukan berapa skor yang akan diberikan kepada setiap Jawaban. Misalnya,
sebuah soal akan diberi skor maksimum 8, maka bagi soal Tersebut dapat dibuat 9
kelompok jawaban dari 8 sampai 0. Metode ini sangat Cocok digunakan untuk
bentuk uraian bebas.Setiap bentuk soal tentu mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Begitu juga Bentuk uraian. Kebaikan tes bentuk uraian antara
lain (1) menyusunnya relatif Mudah (2)
guru dapat menilai peserta didik mengenai kreatifitas, menganalisa Dan
mengsintesa suatu soal. Hal ini berarti memberikan kebebasan yang Luas kepada
peserta didik untuk menyatakan tanggapannya (3) guru dapat Memperoleh data-data
mengenai kepribadian peserta didik (4) peserta didik Tidak dapat menerka-nerka
(5) derajat ketepatan dan kebenaran peserta Didik dapat dilihat dari ungkapan
kalimat-kalimatnya (6) sangat cocok untuk Mengukur dan menilai hasil belajar
yang kompleks, yang sukar diukur dengan Mempergunakan bentuk objektif.Kelemahan
tes bentuk uraian antara lain (1) sukar sekali menilai jawaban Peserta didik
secara tepat dan komprehensif (2) ada
kecenderungan guru Untuk memberikan nilai seperti biasanya (3)
menghendaki respon-respon yang Relatif panjang (4) untuk mengoreksi jawaban
diperlukan waktu yang lama (5) Guru sering terkecoh dalam memberikan nilai,
karena keindahan kalimat dan Tulisan, bahkan juga oleh lembar jawaban (6) hanya
terbatas pada guru-guru Yang menguasai materi yang dapat mengoreksi jawaban
peserta didik, sehingga Kurang praktis bila jumlah peserta didik cukup banyak.
Dalam menyusun soal bentuk uraian, ada baiknya anda ikuti petunjuk
praktis Berikut ini.
1.
Materi yang akan diujikan hendaknya materi yang kurang cocok diukur
dengan menggunakan bentuk objektif, seperti :
a)
Kemampuan peserta didik untuk menyusun pendapatnya mengenai suatu masalah.
b)
Hasil pekerjaan anak didik setelah mengadakan kegiatan seperti
peninjauan, kerja nyata, dan sebagainya.
c)
Kemampuan peserta didik dalam hal berbahasa arab.
d)
Kecakapan peserta didik dalam memecahkan masalah.
2.
Setiap pertanyaan hendaknya menggunakan petunjuk dan rumusan yang jelas
dan mudah dipahami, sehingga tidak menimbulkan kebimbangan pada
Peserta didik. Misalnya :
a)
Apa perbedaan antara ikhfa dengan izhar. Berikan masing-masing dua
b)
Buah contoh hurufnya.
c)
Apa yang dimaksud dengan yaumid di dalam surat al-fatihah ?
d)
Mengapa setiap muslim harus melaksanakan sholat wajib ?
3.
Jangan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memilih beberapa
soal dari sejumlah soal yang diberikan, sebab cara demikian tidak memungkinkan
untuk memperoleh skor yang dapat dibandingkan.
4.
Persoalan yang terkandung dalam tes bentuk uraian hendaknya
difokuskan pada hal-hal seperti : menelaah persoalan, melukiskan persoalan,
menjelaskan persoalan, membandingkan dua hal atau lebih, mengemukakan kritik
terhadap sesuatu, menyelesaikan suatu persoalan seperti menghitung, membuat
contoh mengenai suatu pengertian, memecahkan suatu persoalan dengan jalan
mengaplikasikan prinsip-prinsip yang telah dikuasainya, dan menyusun suatu
konsepsi.
F.
Analisis bentuk uraian
Dua cara yang dapat dilakukan untuk
menganalisis soal bentuk uraian.
Pertama, secara rasional yang dilakukan sebelum tes
itu digunakan/diujicobakan
Seperti menggunakan kartu telaah.
Contoh :
Kartu telaah soal bentuk uraian
Nomor soal:
perangkat:
|
|||
No
|
Aspek yang di telaah
|
Ya
|
Tidak
|
|
|||
01
|
Soal sesuai dengan indikator.
|
|
|
02
|
Batasan pertanyaan dan jawaban
yang di harapkan jelas.
|
|
|
03
|
Isi materi sesuai dengan tujuan
tes.
|
|
|
04
|
Isi materi sesuai dengan jenjang,
jenis
Sekolah, dan kelas.
|
|
|
|
|||
05
|
Rumusan kalimat soal atau
pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
terurai.
|
|
|
06
|
Petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjaan soal.
|
|
|
07
|
Ada pedoman penskoran.
|
|
|
08
|
Gambar, grafik, tabel, diagram,
dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.
|
|
|
|
|||
09
|
Rumusan kalimat soal komunikatif.
|
|
|
10
|
Butir soal menggunakan bahasa
indonesia yang baik dan benar.
|
|
|
11
|
Rumusan soal tidak menggunakan
kata/ kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian.
|
|
|
12
|
Tidak menggnakan bahasa lokal atau
daerah.
|
|
|
13
|
Rumusan soal tidak mengandung kata
kata yang dapat menyinggung perasaan peserta didik.
|
|
|
|
Catatan :
|
|
|
Kedua,
secara empiris yaitu menganalisis hasil ujian atau hasil uji-coba secara
kuantitatif. Untuk itu, ada dua hal yang harus anda pelajari :
1.
Daya pembeda soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu
soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (menguasai materi)
dengan peserta didik yang kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi).
Logikanya adalah peserta didik yang pandai tentu akan lebih mampu menjawab
dibandingkan dengan peserta didik yang kurang pandai. Indeks daya pembeda
biasanya dinyatakan dengan proporsi. Semakin tinggi proporsi itu, maka semakin
baik soal tersebut membedakan antara peserta didik yang pandai dengan peserta
didik yang kurang pandai. Untuk menguji daya pembeda (dp) ini, anda perlu
menempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a)
Menghitung jumlah skor
total tiap peserta didik.
b)
Mengurutkan skor total
mulai dari skor terbesar sampai dengan skor terkecil.
c)
Menetapkan kelompok atas
dan kelompok bawah. Jika jumlah peserta didik banyak (di atas 30) dapat
ditetapkan 27 % .
d)
Menghitung rata-rata
skor untuk masing-masing kelompok (kelompok atas maupun kelompok bawah).
e)
Menghitung daya pembeda
soal dengan rumus :
keterangan :
dp = daya pembeda
skor
maks = skor maksimum
f)
Membandingkan daya
pembeda dengan kriteria seperti berikut :
0.40 ke atas = sangat baik
0,30 – 0,39 = baik
0,20 – 0,29 = cukup, soal perlu perbaikan
0,19 ke bawah = kurang baik, soal harus
dibuang
Contoh :
Empat orang peserta didik mengikuti ujian
akhir semester dengan jumlah soal 3 dalam bentuk uraian. Kotak yang diarsir
menunjukkan perolehan skor masing-masing peserta didik.
Nama peserta didik
|
Nomor soal/skor
|
Skor total
|
Kelompok
|
||
1
|
2
|
3
|
|||
Arie
|
8
|
7
|
8
|
23
|
Atas
|
Angga
|
7
|
6
|
9
|
22
|
Atas
|
Ardi
|
6
|
1
|
8
|
15
|
Bawah
|
Asep
|
3
|
2
|
7
|
12
|
Bawah
|
Jumlah.skor
|
24
|
16
|
32
|
|
|
Skor.maks
|
10
|
8
|
12
|
||
Rata-rata
|
24/4+ = 6
|
16/4 =4
|
32/4 = 8
|
Penafsiran : setelah dibandingkan dengan
kriteria, ternyata soal nomor 1 memiliki daya pembeda 0,30 yang termasuk
kategori baik.
Penafsiran : setelah dibandingkan dengan
kriteria, ternyata soal nomor 2 memiliki daya pembeda 0.63 yang termasuk
kategori sangat baik. Artinya, soal tersebut mampu membedakan
kelompok atas dengan kelompok bawah, mampu membedakan antara anak yang pandai
dengan anak yang kurang pandai.
Penafsiran : setelah dibandingkan dengan
kriteria, ternyata soal nomor 3 memiliki daya pembeda 0,08 yang termasuk
kategori kurang baik, karena itu soal tersebut harus dibuang. Artinya soal ini
tidak memiliki daya pembeda yang baik, yang berarti pula tidak mampu membedakan
antara anak yang pandai dengan anak yang kurang pandai. Dengan kata lain, anak
yang pandai dengan anak yang kurang pandai memperoleh prestasi yang sama
(mungkin sama-sama baik atau sama-sama jelek).
2.
Tingkat kesukaran soal
Tingkat kesukran soal adalah peluang untuk
menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan
dengan indeks. Indeks ini biasa dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara
0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar indeks tingkat kesukaran berarti soal
tersebut semakin mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal bentuk uraian,
anda dapat menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menghitung
rata-rata skor untuk tiap butir soal dengan rumus.
b. menghitung tingkat kesukaran dengan rumus .
c. Membandingkan
tingkat kesukaran dengan kriteria berikut :
0,00 – 0,30 = sukar
0,31 – 0,70 = sedang
0,71 – 1,00 = mudah
d. membuat penafsiran tingkat kesukaran dengan
cara
Membandingkan koefisien tingkat kesukaran
(poin b) dengan kriteria (poin c)
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai tes essay, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Tes essay adalah tes yang menuntut siswa untuk dapat menyusun dan
memadukan gagasan-gagasan tentang hal-hal yang telah dipelajarinya, dengan cara
mengekspresikan atau mengemukakan gagasan tersebut secara tertulis dengan
kata-kata sendiri.
2.
Penggunaan tes essay sangat baik digunakan salah satunya yaitu ketika
jumlah peserta tes relatif sedikit, misalnya kurang dari 100 orang dan waktu
yang dimiliki guru untuk mempersiapkan soal sangat terbatas, sedangkan ia
mempunyai waktu yang cukup untuk memeriksa hasil ujian.
3.
Tes essay terbagi menjadi dua yaitu essay terbatas (restricted respons
items) dan essay bebas (extended respons items).
4.
Salah satu kelebihan tes essay yaitu dapat digunakan untuk mengukur hasil
belajar yang kompleks sedangkan salah satu kelemahan dari tes essay yaitu
reliabilitas tes rendah dimana skor yang dicapai oleh peserta tes tidak
konsisten bila tes yang sama atau tes paralel diuji beberapa kali.
5.
Metode pengoreksian tes essay antara lain metode pernomor (whole method),
metode perlembar (separated method), metode bersilang (cross method), metode
analisis (analytical method), metode penyortiran (sorting method), metode poin
(point method) dan metode rating.
REFERENSI
[1] Prof.Drs.Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Peedidikan, Rajawali
Pers, Hal: 99-100
[2] Drs. zainal Arifin,
M.Pd, Evaluasi Pembeajaran, Direktorat
jendral pendidikan islam kementrian agama, 2012. hal: 148-149
[3] Noehi Nasoetion & Adi Suryanto, Test, pengukuran, dan penilaian, universitas
Terbuka, 2007, hal. 2.34-2.39
[4] Noehi Nasoetion & Adi Suryanto, Test, pengukuran, dan penilaian, universitas
Terbuka, 2007, hal. 2.19-2.21
No comments:
Post a Comment